Sebuah Renungan Terhadap Kasus Yang Menimpa Emiten BUMN Bidang Farmasi

Minggu ini, investor pasar modal lagi-lagi disuguhi berita negatif terkait emiten BUMN. Sekarang giliran BUMN industri farmasi yang bermasalah. Dari 3 emiten farmasi plat merah, 2 emiten sudah dinyatakan sedang bermasalah oleh pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Kementerian BUMN. Dua emiten tersebut adalah INAF (PT Indofarma) dan KAEF (PT Kimia Farma).

BPK menemukan adanya kecurangan orang dalam di PT. Indofarma. Uang perusahaan yang hilang berjumlah ratusan milyar rupiah. Dugaan kecurangan sudah dilaporkan BPK secara resmi ke DPR dan Kejaksaan Agung. Untuk PT Kimia Farma. Kementerian BUMN menyatakan bahwa terjadi manipulasi laporan keuangan dari salah satu anak perusahaan Kimia Farma. Ada yang menyebutkan bahwa anak perusahaan itu adalah Kimia Farma Apotek. Akibatnya, rencana IPO Kimia Farma Apotek ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Satu emiten yang lain adalah PEHA (PT Phapros Tbk). Sampai tulisan ini dibuat, belum ada berita negatif tentang PEHA.

Kasus INAF dan KAEF menyeret harga saham keduanya ke bawah. INAF, yang memang sedang berada di Papan Pemantauan Khusus, mengalami ARB 10% selama beberapa hari. KAEF mengalami penurunan +/- 5% setiap harinya. Yang apes justru PEHA. Tidak ada kasus internal di PEHA tetapi sahamnya justru yang paling menukik. Di tanggal 7 Juni 2024, disaat INAF turun 10%, KAEF turun 5%, PEHA turun sampai 14%. Penulis melihat hal ini disebabkan saham PEHA yang tidak terlalu likuid.

Kasus yang menimpa emiten BUMN bidang farmasi mengingatkan penulis dengan kasus yang menimpa emiten BUMN bidang konstruksi. Sama-sama dicurangi oleh orang dalam. Emiten konstruksi yang sedang berdarah-darah menghadapi tagihan hutang yang tidak bisa dibayar, bebannya bertambah dengan beberapa kasus proyek fiktif yang dilakukan bersama-sama oleh petinggi perusahaan.

Bagi kita sebagai investor, kecurangan orang dalam adalah momok yang menakutkan. Segala analisa terhadap laporan keuangan dan potensi bisnis akan sirna, tidak berguna, jika terjadi kecurangan orang dalam.

Kasus kecurangan orang dalam memang tidak hanya terjadi pada emiten BUMN, bisa terjadi pada semua emiten di pasar modal. Hanya saja, jika kecurangan orang dalam terjadi pada emiten BUMN, efeknya akan lebih besar. Pemberitaannya lebih masif, terlebih jika dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Alhasil, harga saham akan menukik dengan cepat.

Dari pengalaman penulis di pasar modal, emiten BUMN memang cenderung lebih banyak drama-nya. Mulai dari kasus kecil seperti kasus sepeda direktur utama maskapai penerbangan sampai kasus kecurangan berjamaah di emiten konstruksi. Harga saham yang sedang adem-ayem tiba-tiba menukik tajam ketika media mulai memberitakan kasusnya.

Dengan berbagai kasus yang menimpa emiten BUMN, penulis berpikir, apakah emiten BUMN masih layak untuk dijadikan investasi jangka menengah atau jangka panjang. Atau lebih baik dihindari meskipun laporan keuangannya sangat wow, pendapatan fantastis dengan ROE tinggi.

Memang emiten BUMN juga seperti emiten yang lain. Ada yang baik ada yang buruk. BUMN yang baik pasti ada. Melihatnya pun tidak sulit jika mau melihat laporan keuangan setiap emiten BUMN. Yang sulit adalah, memilih emiten BUMN mana yang dalam jangka panjang tidak ada drama-nya…..

Bagaimana menurut pembaca?