Sejarah, Bidang Usaha, dan Relasi 10 Emiten MNC Group di Bursa Efek Indonesia

Nama Hary Tanoesoedibjo sudah tidak asing di telinga kita. Pengusaha yang satu ini dikenal sebagai pengusaha sukses dengan mengibarkan bendera MNC Group. Hary Tanoe mulai berbisnis tahun 1989 dengan mendirikan perusahaan sekuritas bernama PT Bhakti Investama. Perusahaan tersebut lalu berhasil IPO di tahun 1997 dengan kode BHIT.

Awal dekade 2000-an, Bhakti Investama membeli berbagai perusahaan yang sedang dilanda kesulitan akibat krisis moneter. Hary Tanoe menyehatkan kembali perusahaan-perusahaan tersebut selama beberapa tahun. Setelah sehat, sebagian perusahaan dijual ke pemilik baru dengan harga tinggi. Sebagian lainnya tetap dikelola sampai saat ini, seperti jaringan televisi MNC dan RCTI.

Keberhasilan Hary Tanoe memanfaatkan krisis moneter menjadi tonggak penting dalam memperbesar bisnis. Di Bursa Efek Indonesia saja, tercatat ada 10 emiten yang berasal dari MNC Group. Sayangnya, di kalangan investor retail, nama Hary Tanoe sedang mendapat penilaian yang negatif. Emiten-emiten MNC Group dinilai sering melakukan tindakan yang merugikan investor retail. Mulai dari melakukan jual beli sahamnya sendiri, right issue jauh dibawah nilai buku, tidak pernah membagikan dividen, dan sederet alasan lainnya.

Sentimen negatif dari para investor tercermin dari valuasi PBV beberapa emiten MNC Group. Dari 10 emiten, 4 diantaranya saat ini memiliki PBV dibawah 0,2. Mereka adalah BHIT, BMTR, MNCN, dan IPTV. Rendahnya PBV di 4 emiten ini membuat saya tertarik untuk menelisik satu per satu 10 emiten MNC Group di bursa efek. Dan bagaimana relasi antar emiten ini.

Relasi Antar Emiten

Hary Tanoe membagi 10 emiten ke dalam 4 tingkatan. Kita sebut saja 4 tingkatan ini sebagai holding, anak usaha, cucu usaha, dan cicit usaha. Di tingkat pertama ada BHIT. Emiten ini menjadi holding bagi 9 emiten lainnya. BHIT menguasai secara langsung 4 emiten sebagai anak usaha: BCAP di bidang keuangan, BMTR di bidang media, KPIG di bidang pariwisata, dan IATA di bidang pertambangan.

BCAP memiliki 1 cucu usaha di bidang perbankan, yaitu BABP (Bank MNC Internasional). BMTR memiliki 2 cicit usaha : MNCN (TV gratis beriklan) dan IPTV (TV berbayar). KPIG tidak membawahi cucu usaha. Demikian juga dengan IATA.

MNCN dan IPTV masing-masing memiliki 1 cicit usaha. MNCN memiliki MSIN yang berfokus pada produksi konten hiburan digital. IPTV memiliki MSKY yang fokus pada industri televisi berlangganan.

Kalau diringkas, MNC Group memiliki 1 holding, 4 anak usaha, 3 cucu usaha, dan 2 cicit usaha. Mari kita lihat lebih detail 10 emiten ini.

1. BHIT (MNC Asia Holding Tbk)

BHIT didirikan tahun 1989 dan menjadi usaha pertama yang dibuat oleh Hary Tanoe. Pada awalnya perusahaan bernama PT Bhakti Investama yang bergerak dalam bisnis sekuritas. Tahun 2013 perusahaan berganti nama menjadi PT MNC Investama Tbk, ada perubahan dari perusahaan sekuritas menjadi perusahaan investasi yang menaungi berbagai perusahaan. Tahun 2022, perusahaan berganti nama kembali menjadi PT MNC Asia Holding Tbk, karena grup berambisi melebarkan sayapnya ke wilayah Asia.

BHIT saat ini menjadi induk dari berbagai perusahaan yang dimiliki oleh MNC Group.

Pemegang saham BHIT terdiri dari :
HT Investment Development : 15,85%
DBS Bank s/a Caravaggio Holding Limited : 9,96%
PT Bhakti Panjiwira : 6,30%
Masyarakat : 64,47%

Dari data pemegang saham tersebut, bisa dilihat bahwa diatas BHIT ada HT Investment Development. Entitas ini bisa jadi entitas teratas di hirarki perusahaan MNC Group. HT Investment Development juga tercatat di kepemilikan saham beberapa emiten lain milik MNC Group.

2. BCAP (MNC Capital Indonesia Tbk)

BCAP didirikan oleh BHIT tahun 1999 dengan nama PT Bhakti Capital Indonesia, melakukan IPO tahun 2001 dengan kode BCAP. Jadi kode BCAP yang melekat saat ini berasal dari nama perusahaan ketika IPO dilaksanakan.

Tahun 2012 BCAP berganti nama menjadi PT MNC Capital Indonesia Tbk. Perusahaan bertransformasi menjadi perusahaan induk bagi perusahaan-perusahaan milik MNC Group yang bergerak di industri keuangan. Diantara berbagai anak usaha yang dimiliki BCAP, salah satu diantaranya berbentuk perusahaan terbuka, yaitu BABP (Bank MNC Internasional Tbk).

Pemegang saham BCAP saat ini terdiri dari :
PT MNC Asia Holding Tbk : 55,20%
Jalan Pantai Limited : 9,15%
HT Investment Development : 8,70%
UOB Kay Hian : 6,53%
Masyarakat : 20,42%

Terlihat bahwa BHIT dan HT Investment Development menguasai kepemilikan saham BCAP.

3. BMTR (Global Mediacom Tbk)

BMTR didirikan tahun 1981, awalnya bernama PT Bimantara Citra. Perusahaan bergerak dalam banyak bidang : perkebunan, otomotif, petrokimia, media, keuangan, dan yang lainnya. BMTR melakukan IPO tahun 1995. Kode BMTR mengacu pada nama awal perusahaan.

Awal tahun 2000-an, karena terimbas krisis moneter, BMTR secara bertahap diakuisisi oleh BHIT. Untuk menyehatkan BMTR, Hary Tanoe melakukan perampingan dengan memfokuskan pada sedikit bidang. Dengan fokus utama di industri media. BMTR lalu berkembang menjadi perusahaan yang kuat.

Tahun 2007 BMTR berganti nama menjadi PT Global Mediacom Tbk. BMTR lalu menjadi perusahaan induk MNCN di bidang media, memiliki berbagai anak usaha. Dua diantaranya berbentuk perusahaan terbuka: MNCN dan IPTV.

Pemegang saham BMTR saat ini:
PT MNC Asia Holding Tbk : 45,99%
Lo Kheng Hong : 6,53%
Masyarakat : 47,48%

BHIT menjadi pemegang saham pengendali di BMTR.

4. KPIG (MNC Tourism Indonesia Tbk)

Perusahaan ini berdiri tahun 1990 dengan nama awal PT Kridaperdana Indahgraha. Tahun 2000 perusahaan melakukan IPO dengan kode KPIG. Bidang usaha awal KPIG adalah pengembang pusat perbelanjaan.

Tahun 2007, Bhakti Investama mengakuisisi KPIG, lalu menjadikan KPIG sebagai sarana backdoor listing bagi bisnis properti mereka. Nama perusahaan diganti dengan PT Global Land Development Tbk. Tahun 2012, nama perusahaan berganti lagi menjadi PT. MNC Land Tbk, seiring perubahan nama grup dari Bhakti Group menjadi MNC Group.

Tahun 2025, perusahaan berganti nama kembali menjadi PT MNC Tourism Indonesia Tbk. Bidang usaha berganti dari pengembang properti menjadi penyedia jasa dan tempat pariwisata.

KPIG memiliki banyak anak usaha, semuanya berbentuk perusahaan tertutup.

Pemegang saham KPIG saat ini :
PT MNC Asia Holding Tbk : 26,11%
UOB Kay Hian : 16,12 %
HT Investment Development : 9%
Masyarakat : 48,77%

5. IATA (MNC Energy Investments Tbk)

Perusahaan berdiri pada tahun 1968 dengan nama PT Indonesia Air Transport. Bidang usaha perseroan adalah penyedia jasa transportasi, survei, ekplorasi udara, evakuasi medis, dan yang lainnya. Awal dekade 2000-an Hary Tanoe membeli perusahaan ini sebagai bagian paket ketika membeli BMTR.

Tahun 2006, Hary Tanoe membawa perusahaan IPO di pasar modal dengan kode IATA. Awalnya Hary Tanoe ingin menjadikan IATA sebagai perusahaan penerbangan komersial setelah ia gagal membeli Adam Air. Sayangnya, meskipun sudah memiliki beberapa pesawat dan izin penerbangan berjadwal, operasional IATA tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Tahun 2013, perusahaan menambah bidang usaha di bidang infrastruktur, lalu berganti nama menjadi PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.

Tahun 2021, perusahaan masuk ke industri pertambangan. Di saat yang sama, bidang usaha transportasi penerbangan dipisah dari bisnis perusahaan dan dibuatkan perusahaan baru.

Lambat laun bisnis pertambangan yang dimiliki perusahaan memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan. Hary Tanoe lalu memfokuskan perusahaan ke bidang usaha pertambangan dan mengganti nama perusahaan menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.

Saat ini IATA memiliki beberapa ijin pertambangan batubara, nikel, dan migas.

Pemegang saham IATA :
PT Karya Pacific Investama : 39,39%
PT MNC Asia Holding Tbk : 24,21%
Masyarakat : 36,40%

6. BABP (Bank MNC Internasional Tbk)

BABP berdiri tahun 1989 dengan nama awal Bank Bumiputera. Tahun 2002 Bank Bumiputera melakukan IPO dengan kode BABP. Tahun 2007, BABP diakuisisi oleh ICB Financial Group Holdings, lalu namanya diubah menjadi Bank ICB-Bumiputera. Tahun 2014, BABP diakuisisi oleh MNC Financial Services. Nama bank diubah menjadi Bank MNC Internasional Tbk.

Pemegang saham BABP :
PT MNC Capital Indonesia Tbk : 39,81%
PT Global Mediacom Tbk : 7,23%
PT MNC Tourism Indonesia Tbk : 6,83%
Prima Cakrawala Sentosa : 9,99%
Winfly Ltd : 23,44%
Masyarakat : 12,69%

MNC Group mengendalikan BABP melalui kepemilikan saham BCAP, BMTR, dan KPIG. Total kepemilikan ketiga pemegang saham tersebut berjumlah 53,87%. Prima Cakrawala Sentosa adalah entitas yang terafiliasi Lippo Group. Tidak diketahui siapa pemilik Winfly.

7. MNCN (Media Nusantara Citra Tbk)

Perusahaan berdiri tahun 1997 dengan nama PT Panca Andika Mandiri. Tahun 2001 perusahaan diakuisisi oleh PT Bimantara Citra Tbk. Tahun 2002 perusahaan berganti nama menjadi PT Media Nusantara Citra. Tahun 2003 – 2004, PT Media Nusantara Citra mengakuisisi stasiun televisi RCTI dan TPI, beberapa stasiun radio, dan beberapa media massa. Tahun 2007, perusahaan melakukan IPO dengan kode MNCN.

MNCN memiliki berbagai anak usaha. Bidang usaha perusahaan berfokus pada 4 media televisi (RCTI, MNC TV, GTV, dan iNews), digital entertainment, produksi konten, pustaka konten, dan manajemen artis. Salah satu anak usaha MNCN dalam bidang digital entertainment berbentuk perusahaan terbuka, yaitu MSIN (MNC Digital Entertainment Tbk).

Pemegang saham MNCN :
PT Global Mediacom Tbk : 52,67%
Masyarakat : 47,33%

8. IPTV (MNC Vision Networks Tbk)

Perusahaan berdiri tahun 2006 dengan nama PT Sumber Primautama. Tahun 2007 berubah nama menjadi PT Sky Vision Networks. Tahun 2018 berganti nama lagi menjadi PT MNC Vision Networks. Tahun 2019 perusahaan melakukan IPO dengan kode IPTV.

Kode IPTV diambil dari bidang usaha inti perusahaan. IPTV adalah Internet Protocol Television. Penyiaran konten televisi melalui jaringan internet. Bidang usaha lain yang dilakoni perusahaan adalah TV berbayar dan digital streaming.

Salah satu anak usaha IPTV dalam industri TV berbayar berbentuk perusahaan terbuka, yaitu MSKY (PT MNC SKY Vision Tbk).

Pemegang saham IPTV :
PT Global Mediacom Tbk : 63,24%
Masyarakat : 36,76%

9. MSIN (MNC Digital Entertainment Tbk)

MSIN didirikan tahun 2000 dengan nama PT Bhakti Media Internasional. Selama 2 dekade berikutnya perusahaan beberapa kali berganti nama. Tahun 2018, perusahaan melakukan IPO ketika bernama PT MNC Studios Internasional, dengan kode MSIN. Tahun 2022, nama perusahaan berubah lagi menjadi PT MNC Digital Entertainment Tbk, seiring perubahan strategi perusahaan.

Bidang usaha perusahaan saat ini adalah memproduksi, menyimpan, dan mendistribusikan konten-konten hiburan digital.

Pemegang saham MSIN :
PT Media Nusantara Citra Tbk : 72,76%
Masyarakat : 27,24%

10. MSKY (MNC Sky Vision Tbk)

Perusahaan berdiri tahun 1988 dengan nama PT Malicak Nusa Semesta. Perusahaan berganti nama beberapa kali sampai dengan tahun 2006 nama perusahaan menjadi PT MNC Sky Vision. Tahun 2012 perusahaan melakukan IPO dengan kode MSKY.

Bidang usaha utama perusahaan adalah TV berlangganan berbayar dengan merek dagang MNC Vision.

Pemegang saham MSKY :
PT MNC Vision Networks Tbk : 91,9%
Masyarakat : 9,1%

Cara Memiliki Emiten

Kalau kita perhatikan sejarah masing-masing emiten diatas, dapat disimpulkan bahwa ada 3 cara bagaimana MNC Group memiliki emiten di pasar modal :
1. Hary Tanoe membuat perusahaan dari awal, mengembangkan, lalu IPO di pasar modal. Cara ini dipakai di 3 emiten : BHIT, BCAP, dan MSIN.
2. Hary Tanoe membeli sebuah perusahaan tertutup yang sudah beroperasi, mengembangkannya, lalu IPO di pasar modal. Cara ini menghasilkan 5 emiten : BMTR, IATA, MNCN, IPTV, dan MSKY.
3. Hary Tanoe membeli perusahaan yang sudah listing di pasar modal, lalu mengembangkannya. Ada 2 emiten yang dibeli oleh MNC Group : KPIG dan BABP.

Dengan memahami sejarah 10 emiten, bidang usaha, dan relasi antar mereka, diharapkan investor mendapat gambaran yang utuh tentang jaringan bisnis MNC Group di Bursa Efek Indonesia.

Copyright © 2025 Heri Danu