Mendulang Profit Dari Saham Siklus (Bagian Kedua)

Mendulang Profit Dari Saham Siklus (Bagian Kedua)

Dalam tulisan Mendulang Profit Dari Saham Siklus (Bagian Pertama), penulis sudah bercerita bagaimana mulai mengenal saham siklus melalui ITMG, sebuah perusahaan pertambangan batubara.

Seiring perjalanan di dunia pasar modal, penulis mulai menemukan perusahaan-perusahaan lain yang juga termasuk saham siklus. Saham-saham ini serupa dengan ITMG. Di satu waktu harga sahamnya turun, kemudian naik selama kurun waktu tertentu, lalu turun lagi. Begitu seterusnya.

Pergerakan harga saham untuk saham siklus selalu dipengaruhi oleh satu faktor kunci. Untuk kasus ITMG, faktor kuncinya adalah pergerakan harga batubara dunia. Jika harga batubara dunia turun, maka harga sahamnya ikut turun. Begitu pula sebaliknya. Biasanya, harga saham ITMG mencapai titik terendah ketika harga batubara dunia berada di bawah angka $50 dan mencapai harga tertinggi ketika harga batubara dunia sudah di atas $100. Pada saat tulisan ini dibuat, harga batubara dunia sudah diatas $300, rekor tertinggi selama belasan tahun. Jadi wajar saja kalau harga saham ITMG sekarang sudah diangka Rp. 35.000, naik tajam dari harga terendahnya Rp. 5.650 di tahun 2020. Selain ITMG, ada puluhan saham batubara lain yang pergerakan harganya serupa.

Yang perlu kita lakukan untuk mengidentifikasi saham siklus adalah mencari faktor kunci yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Jika kita menemukan faktor kunci yang selalu berulang, kemungkinan besar sahamnya termasuk saham siklus.

Faktor kunci bisa berupa harga komoditas tertentu seperti harga batubara, minyak, CPO, tembaga, nikel, baja, kedelai, jagung, dan komoditas lainnya. Bisa juga berupa suku bunga, inflasi, kondisi ekonomi.

Faktor kunci biasanya secara langsung mempengaruhi pendapatan atau biaya perusahaan. Jika mempengaruhi pendapatan, kenaikan faktor kunci berdampak pada kenaikan pendapatan perusahaan, yang berakibat pada kenaikan laba bersih perusahaan. Jika laba bersih naik, harga sahamnya akan ikut naik. ITMG adalah contohnya.

Begitu pula sebaliknya, jika faktor kunci mempengaruhi biaya perusahaan, maka kenaikan faktor kunci akan berdampak pada kenaikan biaya perusahaan, ujung-ujungnya laba bersih akan turun, Jika laba bersih turun, harga saham akan turun. Contoh perusahaan seperti ini Garuda Indonesia. Jika harga bahan bakar naik, maka laba bersih akan turun, bahkan rugi.

Lalu, perusahaan jenis apa lagi yang termasuk saham siklus selain perusahaan batubara ?

Pada bagian selanjutnya, penulis akan membahas berbagai jenis perusahaan yang termasuk saham siklus di pasar modal Indonesia.