Mengenal PBV, Instrumen Penting Dalam Crisis Investing

Mengenal PBV, Instrumen Penting Dalam Crisis Investing

PBV mungkin terdengar asing bagi investor yang baru saja mengenal bursa saham, atau investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal tapi tidak terbiasa dengan analisis fundamental.

PBV adalah salah satu parameter penting yang digunakan dalam crisis investing. PBV singkatan dari price to book value. Dari sini, kita sudah langsung tahu bahwa rumus PBV dihitung dari harga saham dibagi nilai buku per lembar saham. Sedangkan nilai buku per lembar saham didapatkan dari nilai ekuitas atau aset bersih perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Kita ambil contoh perusahaan A. Saat ini harga sahamnya sebesar 500 rupiah. Perusahaan A mempunyai nilai ekuitas atau aset bersih sebesar 1 trilyun rupiah, sementara jumlah saham yang beredar di bursa efek Indonesia sebanyak 1 milyar lembar saham.

Nilai buku per lembar saham adalah 1 trilyun dibagi dengan 1 milyar, didapatkan nilai buku per lembar saham sebesar 1000 rupiah. Lalu kita bisa menghitung PBV perusahaan, caranya harga saham saat ini sebesar 500 rupiah dibagi dengan nilai buku per lembar saham sebesar 1000 rupiah. PBV perusahaan A adalah 0.5

Pada dasarnya, PBV memiliki 2 kegunaan. Pertama, PBV digunakan untuk menentukan apakah harga saham sebuah perusahaan tergolong murah atau tidak. Kedua, PBV digunakan untuk membandingkan harga saham 2 perusahaan, mana yang lebih murah.

Pada umumnya sebuah saham dikatakan murah jika memiliki PBV kurang dari 1. Jika PBV nya lebih dari 1, maka saham perusahaan dijual diatas nilai aset bersihnya. Contohnya pada saham perusahaan A di atas, dengan PBV sebesar 0,5 , dapat dikatakan harga sahamnya murah.

Untuk membandingkan 2 perusahaan, kita ambil contoh perusahaan B dan perusahaan C. Harga saham perusahaan B saat ini 2000 rupiah dan memiliki PBV sebesar 0,4 , sementara saham perusahaan C harganya 1500 rupiah dan memiliki PBV sebesar 1,2. Walaupun saham perusahaan B nilai nominal rupiahnya lebih mahal daripada perusahaan C, tapi sahamnya dikatakan lebih murah karena memiliki PBV lebih kecil dari perusahaan C. Jadi jika mau membandingkan saham mana yang lebih murah, lihat PBV nya, jangan lihat harga sahamnya.

Dalam crisis investing, salah satu syarat yang dipenuhi ketika membeli saham adalah memiliki PBV yang murah, biasanya di bawah 1. Tapi, bukan berarti semua saham dengan PBV dibawah 1 dapat dibeli. Ada syarat-syarat lainnya yang harus dipenuhi.