Sekilas Barito Pacific Tbk. Di Tahun 2015
Sebagai awalan mari kita melihat seperti apa perusahaan BRPT di tahun 2015. BRPT adalah perusahaan induk yang hampir seluruh pendapatannya berasal dari industri petrokimia. Pendapatan ini berasal dari satu anak usaha BRPT yang bernama Chandra Asri Petrochemical Tbk, perusahaan yang juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BRPT dimiliki oleh Prajogo Pangestu yang memiliki 71.2% saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh publik.
Aset bersih atau ekuitas BRPT mencapai 10.5 trilyun , dimana sebagian besar diantaranya berupa pabrik dan persediaan bahan baku dari Chandra Asri Petrochemical. Jika dibagi dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan, nilai buku BRPT saat itu mencapai Rp1180 per lembar saham.
Di tahun 2015, pendapatan BRPT sebesar 19.5 trilyun. Hampir seluruhnya berasal dari pendapatan Chandra Asri Petrochemical. Dengan pendapatan sebesar ini, Chandra Asri menjadi pabrik terbesar di Indonesia untuk bidangnya, naphta cracker atau pemecah bahan kimia naphta menjadi beberapa produk turunan seperti etilena, propilena dan berbagai produk lainnya. Berbagai produk ini dijual ke pabrik-pabrik sebagai bahan pembuat produk jadi.
PBV 5 Tahun Terakhir Sebelum 2015
Dari tahun 2010-2015, PBV BRPT paling rendah ada di angka 0.26, sementara paling tinggi ada di 1.99. Ketika harga saham menyentuh harga Rp120, PBV-nya hanya 0.1. Jauh dibawah rekor terendah 5 tahun sebelumnya. Dari angka pbv ini saja kita langsung mengetahui bahwa BRPT sedang mengalami krisis pasar. Pertanyaannya adalah, apakah krisis pasar ini hanya berkaitan dengan kondisi pasar saham di tahun 2015 yang sedang lesu karena penurunan harga komoditas global, atau krisis pasar yang dialami BRPT karena kinerja perusahaan yang memburuk.
Mari kita lihat data mikro dari BRPT selama tahun 2010-2015.
Pendapatan BRPT Tahun 2010-2015
Tahun 2010 : 16.9 trilyun
Tahun 2011 : 9.3 trilyun
Tahun 2012 : 22.2 trilyun
Tahun 2013 : 30.7 trilyun
Tahun 2014 : 30.9 trilyun
Tahun 2015 : 19.5 trilyun
Dari data diatas, memang terlihat pendapatan BRPT mengalami penurunan lumayan dari 2 tahun sebelumnya.
Laba Bersih BRPT Tahun 2010-2015
Tahun 2010 : -738 milyar
Tahun 2011 : -319 milyar
Tahun 2012 : -902 milyar
Tahun 2013 : -315 milyar
Tahun 2014 : -108 milyar
Tahun 2015 : -74 milyar
Dari data laba bersih sebenarnya BRPT mengalami perbaikan yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun masih merugi.
Dari data-data diatas, penulis berpendapat bahwa penurunan harga BRPT ke rekor titik terendah disebabkan karena kondisi pasar saham yang sedang koreksi besar-besaran dan berbarengan dengan penurunan pendapatan perusahaan. Jika ditanya faktor mana yang lebih dominan, penulis berpendapat faktor pasar saham lebih dominan, karena penurunan pendapatan tidak sampai membuat perusahaan dalam kondisi membahayakan atau potensi kolaps. Hal ini bisa dilihat dari laba bersih yang justru mengalami perbaikan dari 2 tahun sebelumnya. Artinya penurunan pendapatan tidak sampai menggerus ekuitas perusahaan.
Pada tulisan bagian ketiga nanti, penulis akan mengurutkan rentetan kejadian yang menyebabkan saham BRPT sampai naik 125 kali lipat lebih.