Penulis ingin bercerita tentang pengalaman membeli saham di tahun 2013. Waktu itu penulis membeli saham perusahaan batubara bernama Indo Tambangraya Megah Tbk, kita sebut saja sesuai kode sahamnya, ITMG.
Penulis membeli ITMG dengan harga Rp. 28.000. Waktu pun berlalu, harapan penulis untuk mendulang profit dari saham ITMG ternyata bertepuk sebelah tangan. Harga saham ITMG bukannya naik malah turun sangat dalam. Harganya sempat naik ke angka 34.000, namun kemudian turun perlahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Puncaknya pada tahun 2016 harga ITMG hanya Rp. 4.675 saja.
Kalau penulis menjualnya di harga terendah, berarti penulis menderita kerugian 83%. Untungnya penulis tidak menjualnya.
Tahun 2017, harga saham ITMG mulai merangkak naik lagi. Kenaikan bertahan sampai tahun 2018, dimana tahun ini akhirnya penulis menjual ITMG di harga Rp. 31.000. Setelah penulis jual, harga saham ITMG sempat naik lagi ke kisaran Rp. 32.200. Lalu turun kembali.
Selama 5 tahun memegang saham ITMG, keuntungan penulis hanya 11%. Tentu bukan contoh investasi yang baik, dengan angka inflasi 2013-2018 saja kalah. Jadi walaupun terlihat untung 11%, tapi sebenarnya penulis menderita kerugian nilai real.
Walaupun investasi di ITMG kurang baik, tapi penulis menganggapnya keberuntungan luar biasa karena menemukan sesuatu dari ITMG. Penulis perhatikan, pergerakan harga saham ITMG selalu berulang. Mari kita lihat pergerakan harga sahamnya dari tahun 2008.
Tahun 2008, ketika krisis terjadi di pasar modal Indonesia, harga ITMG mencapai titik terendah Rp. 5.900. Ketika krisis mereda, harganya perlahan naik sampai Rp. 57.950 di tahun 2011. Lalu harganya turun kembali sampai Rp. 4.675 di tahun 2016. Kemudian naik lagi sampai 32.200 di tahun 2018. Selanjutnya perlahan turun lagi sampai Rp. 5.650 di tahun 2020 ketika krisis covid menghantam bursa efek Indonesia. Lalu naik kembali. Saat tulisan ini dibuat, harganya sudah mencapai Rp. 36.000.
Mulai memahami maksud penulis kan?
Dari pergerakan harga saham ITMG, ada pola yang berulang.
Harga saham berada di titik terendah pada waktu tertentu, kemudian naik tajam. Lalu turun lagi.
Pergerakan sahamnya seperti mengalami siklus tertentu.
Kenapa bisa begitu?
Jawabannya karena pergerakan harga saham ITMG dipengaruhi oleh pergerakan harga batubara dunia.
Dan pergerakan harga batubara dunia dipengaruhi oleh permintaan batubara dunia khususnya dari China.
Kalau masih belum faham tentang pergerakan harga batubara, nanti akan penulis bahas khusus dalam satu tulisan.
Dari perjalanan penulis dengan saham ITMG, penulis mulai mengenal saham siklus. Saham yang mengalami pola periode yang selalu sama dalam jangka panjang. Suatu saat dia sangat murah karena industrinya sedang mengalami krisis, lalu naik tajam, kemudian turun kembali ke dasar.
Sebagai seorang investor, tentu kita melihatnya sebagai sebuah kesempatan. Membeli di waktu harga terendah ketika perusahaan tidak dalam kondisi baik-baik saja, dan menjualnya ketika kondisi sudah membaik dimana harga saham melambung tinggi. Dalam kasus ITMG, kita bisa mendulang profit sampai 9 kali lipat. Multi bagger bukan?
Tulisan ini sebenarnya hanya sebagai pengantar untuk membahas saham siklus. Next, penulis kan membahasnya lebih lanjut di bagian kedua.